Jumat, 24 Oktober 2014

Rumah Ku


Rumahku, kau berdiri sudah cukup lama. Hanya saja aku setahun lebih tua dari padamu. Ibu dan Ayahku membangun mu dengan cinta dan kerja keras. Batu Bata yang kini jadi tembokmu buatan tangan ibu dan ayahku. Cuma bagian dapur aja yang masih nggunain bangunan lama alias dapur mbah jaman dulu, yang lantai nya masih tanah. Dan sekarang bentuk dapur ku pun masih tetap begitu.

 
Dari awalnya, tembok rumahku masih berupa tembok dan belum di semen. Kemudian di semen, di cat, dan sekarang bagian depannya sudah diberi keramik juga. Untuk menjadikanmu seperti pada gambar itu butuh waktu yang bertahun-tahun. Dari aku kecil hingga dewasa ini. Lantai rumahku yang dulunya juga tanah sudah berubah jadi keramik. Dulunya, kau tak punya teras, dan akhirnya dibuatkan teras oleh ayahku. Kata ibuku, saat sebelum membangun rumahku ini ayah sering sepedaan untuk melihat-lihat model rumah orang. Namanya juga orang dulu, yang namanya model rumah itu juga ternyata pinjam dari Pamanku. Hem, akhirnya pamanku mengalah dan ganti model rumah. 
Sedikit cerita tentang asal mula terbentuknya rumahku. Sejak dulu sampai sekarang juga si rumahku ini selalu dikelilingi pohon dan tanaman, sehingga dia selalu merasa nyaman dan lembap. Tak lupa juga sekarang juga sudah ada pagarnya, walaupun bagian depannya aja. Terkadang ayam pun masih bisa menerobos pagar yang kokoh itu. Aku jadi heran, apa fungsi  pagar sesungguhnya. Rumahku yang kutinggali ini pun juga perlu ku ceritakan, buat kenangan.

0 komentar:

Posting Komentar